Sekitar dua bulan lalu sewaktu kajian rutin, saya ditanya oleh seorang alumni yang mendengar seorang kyai kharismatik (ahli ibadah) pernah berkata bahwa shalatnya para wali itu sangat cepat. Apakah benar seperti itu, katanya?
Saya jelaskan bahwa shalat itu punya syarat dan rukun yang sama, baik itu dilakukan wali atau bukan. Kalau salah satu syarat dan rukunnya cacat, misalkan karena terlalu cepat, maka shalatnya batal. Wali dalam hal ini tidak bisa membuat aturan baru secuil pun dan tidak mempunyai keistimewaan sedikit pun.
Shalat cepat tentu boleh saja, tapi selama masih dilakukan dengan cara benar, misalnya: biasanya membaca surat panjang lalu diganti dengan surat al-Ikhlas, biasanya membaca tasbih tiga kali di rukuk dan sujud diganti membaca tasbih sekali saja. Praktek memperpendek shalat seperti ini sudah disebut shalat cepat.
Kembali ke shalatnya wali, apa sih perbedaan antara shalatnya wali dan bukan wali? Jawaban singkatnya adalah shalatnya wali sangat ideal dan berat ditiru. Bila shalat orang umum hanya satu dua menit per rakaat, shalat para wali bisa berjam-jam per rakaatnya. Bila shalat orang umum dilakukan dengan hati lalai, shalat para wali dilakukan dengan hati yang hanya mengingat Allah saja. Bila shalatnya orang umum suka memotong bagian sunnah dan mengambil wajibnya saja, maka shalat para wali adalah dengan melakukan semua sunnah dalam shalat. Mereka benci sekali memangkas ibadah sunnah selagi masih mampu.
Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wasallam shalat malam sangat lama hingga kaki beliau bengkak, lalu para murid beliau menirunya shalat malam dengan durasi yang sangat lama hingga sebagian dari mereka memakai tongkat untuk menopang tubuhnya agar tetap mampu berdiri. Begitulah riyadhah shalat para waliyullah yang semuanya merasa asyik berdialog lama dengan Allah. Jadi, kalau shalatnya malah ngebut seperti tidak kerasan berdialog lama-lama dengan Allah, maka itu bukan shalatnya waliyullah tapi wali murid.
Lalu bagaimana dengan sebagian tokoh yang shalatnya super cepat dan mengaku bahwa itu adalah amaliyah thariqah turun temurun yang dilakukan oleh orang yang konon dianggap waliyullah? Itu jelas bukan jalan yang diajarkan oleh Rasulullah dan para waliyullah dari kalangan murid rasulullah (para sahabat) dan murid-muridnya lagi (para tabi'in). Tapi dengan fenomena seperti itu kita harus bersyukur bahwa Allah menampakkan mana yang benar-benar kekasihnya dan mana yang hanya dipersepsikan demikian oleh orang awam. Meskipun kewalian itu misteri, tapi ada tanda zahirnya.
sumber: Gus Awa